DAKWAH BERBASIS EKONOMI.
Ilmu Dakwah
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
UJIAN TENGAH SEMESTER
DAKWAH BERBASIS
EKONOMI UANG SEBAGIAN DARI KEIMANAN
Disusun
oleh:
1. Median
Pratama 1501010078
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TP 2016
Dakwah
berbasis ekonomi
Uang
sebagian dari keimanan
Abstract
where the economy is a factor
supporting Islamic da'wah will continue to run and easier again as the economy
fulfilled the preacher. that in the era of globalization money holds a major
moment in the implementation of the economy because the money is almost equated
with belief. and therefore we have to understand the layout of the usefulness
of money in preaching. as we know almost all of one's faith shifted because of
the money. it happens because a person has a low economy. here in this chapter
will discuss the Islamic economy will primarily lies the money part of the
faith in this era of globalization.
***
ekonomi adalah faktor pendukung dimana dakwah islam
akan terus berjalan dan lebih mudah lagi saat ekonomi sang pendakwah tercukupi.
bahwasanya di era globalisasi uang memegang momen utama dalam pelaksanaan
ekonomi karna uang hampir disejajarkan dengan keimanan. dan oleh sebab itu kita
harus memahami letak dari kegunaan uang dalam berdakwah. sebagaimana yang kita
ketahui hampir semua keimanan seseorang bergeser karena uang. hal tersebut
terjadi karena seseorang memiliki ekonomi yang rendah. di sini di bab ini akan
membahas tentang ekonomi islam terutama akan letak uang sebagian dari iman di
era globalisasi sekarang.
Kata kunci: Dakwah berbasis
ekonomi uang sebagian dari keimanan
A. Pendahuluan
Ekonomi merupakan salah satu kebutuhan yang tak
bisa dihindari setiap umat isalm di belahan bumi manapun. Karena itu di
adakannya beberapa macam tentang ilmu-ilmu ekonomi terlebih lagi dalam ekonomi.
Sejauh kita melihat apa itu ekonomi kita pahami jelaslah itu semua berkaitan
dengan materi dan suatu hal yang digunakan sebagat alat tukar.
Kita pahami bahwasanya ekonomi itu dominan
sekali dengan apa itu yang namanya uang. Di situlah letak uang berperan dalam
ekonomi dan ikut menyusup dalam suatu kegiatan yaitu dakwah. Dakwah adalah
suatu hal pemberi tahuan dan ajkan namun tampa ada faktor faktor yang kuat
mendukung jalanan suatu dakwah apalah arti sebuah dakwah.
Bab ini akan mengajak kita semua sebagai
pembaca untuk memahami letak uang dalam iman, dan kedudukannya sebagai
transfortasi yang kuat dalam berdakwah. Adapun banyak cabang ekonomi yang
membahas tentang ilmu-ilmu ekonomi dan mengajarkan kita untuk menjadi seseorang
yang berekonomi baik dan memiliki dalam kualitas dalam apa dan bidang apa pun
yang berkaitan erat dengan ekonomi.
Selain itu juga nabi kita juga sebagai rosul
melakukan kegiatan berdagang dalam dakwahnya menyiarkan agama islam. Jadi jelas
sekali bahwasanya ekonomi ikut berperan dalam kebesaran islam. Dan oleh karna
itu kita harus mengenal kedudukan uang dalam salah satu keimanan.
B. Dakwah ekonomi
Beberapa
difinisi tentang dakwah ekonomi. Dakwah ekonomi berasal dari dua kata yaitu
dakwah dan ekonomi.
Dakwah
(Arab: دعوة, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan
yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat
kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata
dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u
yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang
berarti "peraturan, aturan, hukum".
Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga"
atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep
ekonomi, dan data dalam bekerja.
Pengertian dakwah dan ekonomi secara KBBI
dakwah/dak·wah/ n Isl 1 penyiaran; propaganda;
2 penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan
untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama
ekonomi/eko·no·mi/ /ékonomi/ n
Ek 1 ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian
barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan); 2 pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang
berharga; 3 tata kehidupan perekonomian (suatu negara); 4 cak
urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara)
Dari pengertian di atas kita pahami bahwasannya dakwah dan ekonomi
adalah hal yang berbeda namun perbedaan itu bisa kita jadikan satu hal yang
bisa berjalan bersam dalam kehidupan kita semua. Karna takan selamanya dua hal
tersebut itu berbeda karna jika kita bisa mengiplementasikannya kedua itu akan
menjadi kesatuan yang berguna untuk ke mashalahatan islam. Kenapa tidak jelas
sekali ekonomi menguasai hal-hal yang real dalam kehidupan umat sekarang .
karna apa jika dakwah tampa ekonomi seakan semua hanya rencana namun tidak ada
penerapanya.
Kerterkaitan yang akan saya bahas di sini adalah dakwah ekonomi.
Dakwah saya mengambil kutipanya yaitu “penyiaran agama dan pengembangannya di
kalangan masyarakat”, sedangkan ekonomi saya mengambil makna “ pemamfaatan
uang, tenaga, dan sebagainya yang berharga”.
Mengapa saya mengabil hal tersebut dari dakwah ekonomi itu semua
mengacu di jaman sekarang. Yang di mana uang salah satu pengertian ekonomi
adalah faktor utama yang bisa memicu cepat lambatnya suatu dakwah. Hampir
banyak sekali hal-hal yang sangat sulit kita bedakan dalam dakwah hal-hal baik
ataupun hal buruk yang di sampaikan dalam dakwah yang menggunakan ekonomi ini.
Hal-hal apa saja kah yang membuat ekonomi ini juga termasuk dalam
dakwah. “ Nabi sendiri juga menegaskan bahwa al-yad al-ulya khairun min al-yad as-sufla, “tangan di atas lebih
baik daripada tangan di bawah”, atau memberi lebih baik daripada meminta[1].
Jika kita pahami apa yang disampaikan nabi pada umatnya yaitu lebih baik kita memberi.
Nah sekarang yang menjadi topik permasalahannya bagaimana kita akan memberi
jika kita sendiri tidak punya. Dari penegasan itu sangatlah jelas bahwasannya
ekonomipun ikut berperan penting dalam suatu prilaku baik dan jelaslah pula
dengan ekonomi yang baik kita akan lebih mudah untuk beribadah.karna sedekah
adalah salah satu bukti kita iman, begitu pula dengan uang adalah faktor
pendukung iman.
Al-Qur‟an juga yang menjelaskan untuk bekerja keras dan mengajarkan pentingnya umat
Islam untuk bekerja dan memikirkan ekonominya. Di antaranya QS. Al-Qashash 77 “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat; dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari [kenikmatan]
duniawi. Berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu. Janganlah kamu berbuat kerusakan
di bumi”.
Dalam
tafsir al-Jalalayn, ayat tersebut ditafsirkan; “Perolehlah [untuk]
kepentingan akhirat [harta kekayaan] yang telah Allah berikan kepadamu, dengan
cara menginfaqkan [sebagian] harta tersebut untuk ketaatan kepada Allah. Dan
jangan kamu lupakan bagian kamu yang berkaitan dengan keduniaan untuk menjadi
amal akhirat”[2]. bahwasanya kita
jangalah hanya beribadah akan akhirat saja namun harus seimbang apa yang akhirat
dan apa itu dunia. Karna kita ini adalah manusia yang masih membutuhkan dunia
untuk kelangsungan ibadah kita oleh karna itu uang yang sebagai alat tukar
barang adalah hal utama yang bisa menjadikan kita akan berlasungnya kekuatan
untuk beribadah pada sang kholik. Di sinilah ekonomi berperan penting dalam
kelangsungan beribadah.
Juga dalam QS. Al-Jumu‟ah [62]: 10:
“Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah karunia Allah
(yakni rizqi/harta) dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
Islam mendorong orang untuk bekerja. Hadits
yang berbunyi: “Asyaddu an-nas „adzabun yauma al-qiyamah al-maghfiy
al-bathil (siksaan paling berat pada hari kiamat, adalah bagi orang yang
hanya mau dicukupi orang lain dan hidup menganggur)”.
Menurut
Yusuf Qardhawi, Islam
tidak menginginkan umatnya berada dalam
kemiskinan. Karena akibat
kemiskinan dan ketimpangan sosial bisa menyebabkan munculnya
penyimpangan akidah22 Pendapat ini sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW :
“Kemiskinan dapat mengakibatkan kekafiran” (HR. Abu Na‟im dari Anas).
Kemiskinan juga bisa menyebabkan orang
tergelincir dalam akhlak dan moralitas yang tercela. Karena suara perut dapat
mengalahkan suara nurani. Lilitan kesengsaraan pun bisa mengakibatkan seseorang
meragukan nilai-nilai akhlak dan agama.23 Manusia sebagai subyek ekonomi, yang
dalam kelompok besar disebut umat, oleh Islam dibebani (mukallaf) untuk berikhtiar sesuai dengan kadar potensinya. Taklif (pembebanan) ini berimplikasi
pada banyak hal. Dalam disiplin fiqih
–meskipun ekonomi sendiri
bukan merupakan komponen
fiqih- ikhtiar dalam
arti luas disinggung karena erat kaitannya dengan usaha ekonomi[3].dari sudut
pandang ekonomi Jelas sekali dalah ayat tersebut akar kita menghidari
kemiskinan dan ekonomilah yang mengajarkan kita tentang hal tersebut selain
kita berdoa ekonomi berperan penting dalam ikhtiar. Dan dijelaskan pula
kemiskinan dekat dengan kekafiran kenapa? Karena jika orang tidak punya sedangkan
keadaan mendesak mudah sekali setan mengoda manusia untuk melakukan
kemungkaran. Dari hal tersebut sedikit kita ambil pemahaman dari sudut pandang
dunia bahwasanya ekonomi adalah sebagian dari iman.
Dari
kutipan tersebut menyampaikan bahwasanya ekonomi adalah suatu hal yang harus
dicukupi,dicari,dimiliki,dan harus juga dibagi.
Tidak hanya sampai di situ saja
andai kata dalam suatu negara islam menerapkan sistem ekonomi islam salah satu
bagian dari keimanan dan diterapkan pula hukum hukum agama seperti kejujuran
tidak akan terlalu sulit kita untuk membagi waktu kita untuk melaksanakan
kewajiban kita kepada sang kholik. Sutu contoh yang diterapkan perekonomian
dalam pondok pesantren adalah dengan warung jujur dimana di situ di letakan
makanan dan di sediakan pena dan kertas dan tempat menaruh uang. Dimana barang
dagangan cukup di letakan di warung situ dan biarkan pembeli menaruh uang
pembayaran dalam wadah uang jika dia belum bayar dia menulis nama dalam kertas
yang disediakan beserta jumlah yang belum dibayar,dan jika ingin mengmbil
kembalian ambil dari uang ada dalam wadah uang yang disediakan. Dengan demikian
secara tidak kita sadari ekonomi mengajarkan suatu kejujuran dalam diri
masing-masing disitu lah letak dimana dakwah tidak sekedar disampaikan namun
juga mengajak untuk menerapkanya. Jadi didalam konteks tersebut sang penjual
bisa melaksanakan ibadah yang lainya.
B. Ekonomi
menurut ulama
Salah satu pilar kemajuan peradaban Islam adalah amwāl (wealth) atau ekonomi. Dalam hal ini, Ibn Khaldun mengatakan bahwa ekonomi adalah tiang dan pilar paling penting untuk membangun peradaban Islam (imarah). Tanpa ke- mapanan ekonomi, kejayaan Islam sulit dicapai bahkan tidak mungkin di- wujudkan. Ekonomi penting untuk membangun negara dan menciptakan kesejahteraan umat[4]. Kutipan ini menjelaskan bahwasanya
sejak dahulu ekonomi berperan penting dalam islam. Bagaimana tidak jika memang
ekonomi adalah salah satu pilar dalam islam, dan juga sebagai awal majunya
peradaban islam.
Al-Ghazali, al-Syatibi dan seluruh ulama ushul yang membahas maqashid syari’ah, senantiasa memasukkan amwāl sebagai pilar maqāṣid. Al-Dahlawy, ulama terkemuka dari India, (1703-1762) berpandangan bahwa kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk suatu kehidupan yang baik. Tingkat kesejahteraan ekonomi sangat menentukan tingkat kehidupan. Seseorang se- makin tinggi tingkat kesejahteraan ekonominya, akan semakin mudah untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (ḥayātan ṭayyibah[5]. Al-ghozali
berpandanggan bahwasanya kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat utama untuk
suatu kehidupan. Ya pendapat itu sangat bisa dibenarkan karena saat ekonomi
menurun akan menggangu ketenangan diri terlebih lagi di era sekarang ini. Dan
jelas pula dia sampaikan bahwa ekonomi yang semakin tinggi kesejahteraannya akan lebih mudah mencapai
pada kehidupan yang lebih baik.
Para ulama Islam sepanjang sejarah, khususnya sampai abad ke-10 Hijriyah senantiasa melakukan kajian ekonomi Islam. Karena itu kitab-kitab Islam tentang mu‘āmalah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah. Para ulama tidak pernah mengabaikan kajian mu‘āmalah dalam kitab-kitab fikih mereka dan dalam ḥalaqah (pengajian-pengajian) keislaman mereka[6]. Kutipan ini pun menerangkan sejak
dulu ekonomi sepanjang sejarahpun selalu ikut berperan serta dalam
kajian-kajian kitab islam. Dan jelaslah para ulama tidak mengabaikan
kajian-kajian ekonomi tersebut.
C. Penutup
Dari
uraian diatas kita bisa ambil pemahaman bahwasanya ekonomi itu sudah sangat
berpengaruh dari awal islam hingga saat ini. Dan jika kita pahami saat ini
bahwasanya uang salah satu faktor dalam ekonomi menjadikan salah satu sarana
prasarana untuk mencapai dakawah yang ingin disampaikan berjalan baik. Jadi
jelaslah saat ini uang itu bagian dari pada keimanan itu sendiri. Karena apa ?
ya karana di era sekarang yang mengendalikan iman seseorang saat ini adalah
uang bagai mana tidak saat seseorang memiliki uang dia dengan uangnya bisa
beribadah seperti sedekah namaun jika tidak ada apa yang hendak disedekahkannya
padahal saat ini apa pun berawal dari niatan dan uang yang mencukupi. Jadi yang
disampaikan adalah uang adalah bagian dari keimanan.
Daftar
Pustaka
-
Jurnal Nadzir Mohammad.
Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren. Vol 5 edisi 1 mei 2015.
-
Jurnal Dalmeri. revitalisasi
fungsi masjid sebagai pusat ekonomi dan dakwah multikural Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta.
Vol 22 no 2 november 2014
-
Kbbi
-
Jurnal Asep Iwan Setiawan. Dakwah
berbasis pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan mad’u. Vol 6 no 20
juli-desember 2012
-
Rosyidi suherman. Pengantar teori ekonomi. Jakarta : rajawli pers.
2011.
[1] Mohammad
nadzir. Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren. Hal 45
[2] Mohammad
nadzir. Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren. Hal 46
[3] .
Mohammad nadzir. Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren. Hal 46
[4] . Dalmeri. revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat
ekonomi dan dakwah multikural Universitas Indraprasta PGRI,
Jakarta. Hal 328
[5]
.Dalmeri. ibid. hal 328
[6] .Dalmeri
. ibid. hal 328
Comments
Post a Comment